- Nama:
Fazli Amrulla (3101 1302 2268)
Muhammad Ikhsan (3101 1302 2366) - Judul:
Menuj Alam Kubur
Menuju Alam Kubur
PERISTIWA-PERISTIWA DI ALAM KUBUR
Oleh:
Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ
الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ
عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Ali Imrân/3:185]
Allâh Azza wa Jalla
memberikan pemberitaan umum kepada seluruh makhluk, bahwa setiap jiwa akan
merasakan kematian. Hanya Allâh Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin,
manusia, malaikat, semua akan mati.
Kematian merupakan
hakekat yang menakutkan. Dia akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak
ada yang kuasa menolak maupun menahannya. Maut merupakan ketetapan Allâh Azza
wa Jalla. Ini adalah hakekat yang sudah diketahui. Maka sepantasnya kita
bersiap diri menghadapinya dengan iman sejati dan amal shalih yang murni.
Di dalam tulisan ini
insya Allah akan kami sampaikan beberapa peristiwa yang terjadi di alam kubur
sehingga menjadikan kita lebih waspada dalam menjalani kehidupan dunia ini agar
selamat di alam kubur.
ALAM KUBUR MENAKUTKAN
Hani’ Radhiyallahu anhu , bekas budak Utsmân bin Affân
Radhiyallahu anhu , berkata, “Kebiasaan Utsman Radhiyallahu anhu jika
berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya.
Lalu beliau Radhiyallahu anhu ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan
neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab
ini (melihat kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau, ‘Sesungguhnya
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya) ‘Kubur
adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat.
Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah
darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka
setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang
lebih menakutkan daripada kubur.’” [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah;
dihasankan oleh syaikh al-Albâni]
Karena fase setelah kubur lebih mudah bagi yang selamat, maka ketika melihat surga yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla dalam kuburnya, seorang Mukmin mengatakan, “Ya Rabb, segerakanlah kiamat agar aku kembali ke keluarga dan hartaku.” Sebaliknya, orang-orang kafir, ketika melihat adzab pedih yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla baginya, ia berseru, “Ya Rabb, jangan kau datangkan kiamat.” Karena yang akan datang setelahnya lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan.
Karena fase setelah kubur lebih mudah bagi yang selamat, maka ketika melihat surga yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla dalam kuburnya, seorang Mukmin mengatakan, “Ya Rabb, segerakanlah kiamat agar aku kembali ke keluarga dan hartaku.” Sebaliknya, orang-orang kafir, ketika melihat adzab pedih yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla baginya, ia berseru, “Ya Rabb, jangan kau datangkan kiamat.” Karena yang akan datang setelahnya lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan.
GELAPNYA ALAM KUBUR
Hal iniditunjukkan oleh hadits shahih:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ – أَوْ شَابًّا – فَفَقَدَهَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عَنْهَا – أَوْ عَنْهُ
– فَقَالُوا مَاتَ. قَالَ « أَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِى ». قَالَ فَكَأَنَّهُمْ
صَغَّرُوا أَمْرَهَا – أَوْ أَمْرَهُ – فَقَالَ « دُلُّونِى عَلَى قَبْرِهِ ». فَدَلُّوهُ
فَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى
أَهْلِهَا وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِى عَلَيْهِمْ
».
Dari sahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa seorang wanita hitam -atau seorang pemuda-
biasa menyapu masjid Nabawi pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendapatinya sehingga beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakannya. Para sahabat menjawab, ‘Dia telah
meninggal’. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Kenapa kalian tidak
memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata, ‘Seolah-olah mereka meremehkan
urusannya’. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tunjukkan kuburnya
kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita
itu, lalu bersabda, “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi
para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyinarinya bagi
mereka dengan shalatku terhadap mereka.” [HR. Bukhari, Muslim, dll]
HIMPITAN ALAM KUBUR
Setelah mayit diletakkan di dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorang pun yang dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadits menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu anhu , padahal kematiannya membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya. Dalam Sunan an-Nasâ’i diriwayatkan dari Ibn Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
هَذَا الَّذِى تَحَرَّكَ
لَهُ الْعَرْشُ وَفُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَشَهِدَهُ سَبْعُونَ أَلْفًا
مِنَ الْمَلاَئِكَةِ لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ فُرِّجَ عَنْهُ
Inilah yang membuat
‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu
malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian
dibebaskan.” [Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah ; Lihat Misykâtul
Mashâbîh 1/49; Silsilah ash-Shahîhah, no. 1695]
Dalam Musnad Ahmad
diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً
وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ
Sesungguhnya kubur
memiliki himpitan yang bila seseorang selamat darinya, maka (tentu) Saad bin
Muâdz telah selamat. [HR. Ahmad, no. 25015; 25400; Dishahihkan oleh Syaikh
al-Albâni di dalam Shahîhul Jâmi’ 2/236]
Himpitan kubur in
akan menimpa semua orang, termasuk anak kecil. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
لَوْ أَفْلَتَ أَحَدٌ مِنْ
ضَمَّةِ الْقَبْرِ لَنَجَا هَذَا الصَّبِيُّ
Seandainya ada
seseorang selamat dari himpitan kubur, maka bocah ini pasti selamat [Mu’jam
ath-Thabrani dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu dengan sanad shahih dan riwayat
ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jâmi,
5/56]
FITNAH (UJIAN) KUBUR
Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan
mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud dengan
fitnah (ujian) kubur. Dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad rahimahullah dari
sahabat al-Barro bin ‘Azib Radhiyallahu anhu , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ
فَيُجْلِسَانِهِ:فَيَقُولَانِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ
لَهُ : مَا دِينُكَ ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا
الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ ؟ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ : وَمَا يُدْرِيْكَ ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ كِتَابَ
اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ: أَنْ قَدْ
صَدَقَ عَبْدِيفَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ (وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ) وَافْتَحُوا
لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ , قَالَ: فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ
لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ
الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ : أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ
الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ , فَيَقُولُ لَهُ : مَنْ أَنْتَ , فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ
بِالْخَيْرِ, فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ, فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ
حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي
Kemudian dua malaikat
mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?”
Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya,
“Apa agamamu?”Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab
Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”.
Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar,
berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga),
bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga. Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam
kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan
kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah
dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan
(kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau,
wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu
yang shalih”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga
aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.
Pertanyaan ini juga
dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ
فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي
فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ
لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي
فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا
لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ
قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ
قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا
يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ, فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ
بِالشَّرِّ فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
Kemudian ruhnya
dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan
mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Sipakah Rabbmu?” Dia menjawab:
“Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak
tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia
hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka
panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan,
sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”. [Lihat Shahîhul Jâmi’ no: 1672]
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”. [Lihat Shahîhul Jâmi’ no: 1672]
Dari hadits yang
telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pertanyaan dalam kubur berlaku
untuk umum, baik orang Mukmin maupun kafir.
ADZAB DAN NIKMAT
KUBUR
Banyak sekali hadits yang menjelaskan keberadaan adzab dan nikmat kubur. Hal
ini telah disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah. Imam Ibnu Abil ‘Izzi
rahimahullah , penulis kitab al-Aqîdah ath-Thahâwiyah, berkata, “Telah
mutawatir hadits-hadits dari Rasûlullâh tentang keberadaan adzab dan nikmat
kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya; Demikian juga pertanyaan dua
malaikat. Oleh karena itu, wajib meyakini dan mengimani kepastian ini. Dan kita
tidak membicarakan bagaimana caranya, karena akal tidak memahami bagaimana
caranya, karena keadaan itu tidak dikenal di dunia ini. Syari’at tidaklah
datang membawa perkara yang mustahil bagi akal, tetapi terkadang membawa
perkara yang membingungkan akal. Karena kembalinya ruh ke jasad (di alam kubur)
tidaklah dengan cara yang diketahui di dunia, namun ruh dikembalikan ke jasad
dengan cara yang berlainan dengan yang ada di dunia.” [Kitab Syarah al-Aqîdah
ath-Thahâwiyah, hlm.450; al-Minhah al-Ilâhiyah fii Tahdzîb Syarh
ath-Thahâwiyah, hlm. 238]
Kalangan atheis dan
orang-orang Islam yang mengikuti pendapat para filosof mengingkari adanya adzab
kubur. Mereka beralasan bahwa setelah membongkar kubur, mereka tidak melihat
sama sekali apa yang diberitakan oleh nash-nash syariat. Mereka semua tidak
mempercayai apa yang di luar jangkauan ilmu mereka. Mereka mengira bahwa
penglihatan mereka dapat melihat segala sesuatu dan pendengaran mereka dapat
mendengar segala sesuatu, padahal kita saat ini telah mengetahui beberapa
rahasia alam yang oleh penglihatan dan pendengaran kita tidak dapat
menangkapnya.
Adapun orang-orang
yang beriman kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan membenarkan berita-Nya.
Di dalam al-Qur’ân
terdapat isyarat-isyarat yang menunjukkan adanya adzab kubur. Antara lain
adalah Firman Allâh Azza wa Jalla tentang Fir’aun dan kaumnya:
وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ
سُوءُ الْعَذَابِ ﴿٤٥﴾ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Fir’aun beserta
kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka
pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (dikatakan kepada
malaikat), “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras”.
[al-Mukmin/40: 45-46]
Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh
adzab yang amat buruk”, yaitu tenggelam di lautan, kemudian pindah ke neraka
Jahim. “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang”, sesungguhnya
ruh-ruh mereka dihadapkan ke neraka pada waktu pagi dan petang sampai hari
kiamat. Jika hari kiamat telah terjadi ruh dan jasad mereka berkumpul di
neraka. Oleh karena inilah Allâh Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “dan
pada hari terjadinya kiamat. (dikatakan kepada malaikat), “Masukkanlah Fir’aun
dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras”, yaitu kepedihannya lebih dahsyat
dan siksanya lebih besar. Dan ayat ini merupakan fondasi yang besar dalam
pengambilan dalil Ahlus Sunnah terhadap adanya siksaan barzakh di dalam kubur,
yaitu firmanNya ‘Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang’.
[Tafsir surat al-Mukmin/40: 45-46]
Imam al-Qurthubi t
mengatakan, “Mayoritas Ulama menyatakan bahwa penampakan nereka itu terjadi di
barzakh, dan itu merupakan dalil penetapan adanya siksa kubur”. [Fathul Bâri
11/233]
SEBAB-SEBAB SIKSA
KUBUR
Sebab-sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan siksa kubur ada dua bagian,
mujmal (global) dan mufash-shal (rinci). Sebabnya secara mujmal (global), yaitu
kebodohan terhadap Allâh Azza wa Jalla , menyia-nyiakan perintah-Nya, dan
menerjang larangan-Nya. Sedangkan sebabnya secara mufash-shal (rinci), adalah
perkara-perkara yang dijelaskan oleh nash-nash sebagai sebab siksa kubur.
Di sini akan kami
sebutkan di antara sebab mufash-shal sehingga kita bisa menjauhinya:
- Namimah, yaitu menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain untuk merusak hubungan mereka.
- Tidak menutupi diri ketika buang hajat.
- Ghulul, yaitu mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi oleh imam.
- Dusta.
- Memahami al-Qur’ân namun tidak mengamalkannya.
- Zina
- Riba
- Mayit yang ditangisi keluarganya, jika mayit tersebut tidak melarang sebelumnya.
HAL-HAL YANG MENYELAMATKAN DARI SIKSA KUBUR
Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata dengan mengutip hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang
diriwayatkan oleh Abu Hâtim dalam shahih-nya, “Sesungguhnya orang mati dapat
mendengar suara langkah kaki orang-orang yang pergi meninggalkannya. Jika ia
seorang Mukmin, maka shalat berada di dekat kepalanya, puasa berada di sebelah
kanannya, zakat disebelah kirinya, perbuatan baik seperti berkata benar,
silaturahim, dan perbuatan baik kepada manusia berada di dekat kaki. Ia lalu
didatangi (oleh malaikat) dari arah kepalanya, maka shalat berkata, ‘Di arahku
tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kanan, maka puasa berkata,
‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kiri,
maka zakat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi
dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik, seperti berkata benar,
silaturahim, dan berbuat baik kepada manusia, berkata, ‘Di arahku tidak ada
jalan masuk.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Duduklah.’ Ia pun duduk. Kepadanya
ditampakkan bentuk serupa matahari yang hampir terbenam. Ia ditanya, ‘Siapa
lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa pendapatmu tentangnya?’ Ia menjawab,
‘Tinggalkan aku, aku ingin shalat.’ Mereka menyahut, ‘Sungguh kamu akan
melakukannya, tetapi jawablah pertanyaan kami.’ Ia berkata, ‘Apa pertanyaan
kalian?’ Mereka menanyakan, ‘Apa pendapatmu tentang lelaki ini yang dulu
bersama kalian? Apa persaksianmu terhadapnya?’ Ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa
ia adalah utusan Allâh, dan dia membawa kebenaran dari Allâh.’ Lalu dikatakan
kepadanya, ‘Dengan dasar keimanan itulah kau telah hidup, dan dengan dasar itu
kau telah mati, dan dengan dasar itu pula kau akan dibangkitkan, insya Allâh.’
Kemudian dibukakan baginya pintu surga, lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini tempat
tinggalmu di surga dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu.’ Ia bertambah
senang dan gembira. Kemudian dibukakan pintu neraka, dan dikatakan, ‘Itu adalah
tempat tinggalmu dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu (jika kau
mendurhakai-Nya).’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian kuburnya diluaskan
seluas tujuh puluh hasta dan diterangi cahaya, jasadnya dikembalikan seperti semula,
dan ruhnya dijadikan di dalam penciptaan yang baik, yaitu burung yang
bertengger di pohon surga.”
MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH DARI FITNAH DAN ADZAB KUBUR
Fitnah
(ujian) dan adzab kubur adalah masalah besar, sehingga Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari hal itu, baik
dalam shalat maupun di luar shalat. Beliau pun sangat menekankan kepada
umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allâh dari segala fitnah dan
azab kubur.
ORANG-ORANG YANG TERPELIHARA DARI UJIAN DAN SIKSA KUBUR
Sebagian kaum Mukmin yang melakukan amal-amal besar atau tertimpa musibah besar akan terjaga dari fitnah atau ujian dan azab kubur, Diantara mereka :
Pertama : Orang yang
mati syahid.
an-Nasâ’i rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang lelaki
bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Ya Rasûlullâh,
mengapa kaum Mukmin diuji dalam kubur kecuali yang mati syahid?” Beliau
menjawab, “Cukuplah baginya ujian kilatan pedang di atas kepalanya.”
[Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Shahîhul Jâmi’ 4/164]
Kedua : Seseorang
yang gugur ketika bertugas jaga di jalan Allah
Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa beliau bersabda, “Setiap orang yang meninggal amalnya ditutup, kecuali yang meninggal ketika bertugas jaga di jalan Allâh. Amalnya terus tumbuh sampai hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah kubur.” [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Misykâtul Mashâbîh 2/355]
Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa beliau bersabda, “Setiap orang yang meninggal amalnya ditutup, kecuali yang meninggal ketika bertugas jaga di jalan Allâh. Amalnya terus tumbuh sampai hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah kubur.” [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Misykâtul Mashâbîh 2/355]
Ketiga : Seseorang
yang meninggal hari Jum’at
Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap Muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.” [HR. Ahmad dan Tirmidzi; Dinyatakan kuat oleh syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Ahkâmul Janâiz, hlm. 35]
Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap Muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.” [HR. Ahmad dan Tirmidzi; Dinyatakan kuat oleh syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Ahkâmul Janâiz, hlm. 35]
Keempat : Seseorang
yang meninggal karena sakit perut
Abdullah bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk bersama Sulaiman bin Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang meninggal karena sakit perut. Keduanya ingin menyaksikan jenazahnya. Salah satunya mengatakan kepada yang lain, ‘Bukankah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang yang meninggal karena sakit perut tidak akan diadzab di dalam kubur.’ Yang satunya menjawab, ‘Engkau benar.’ [HR. an-Nasa’i dan Tirmidzi; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]
Abdullah bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk bersama Sulaiman bin Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang meninggal karena sakit perut. Keduanya ingin menyaksikan jenazahnya. Salah satunya mengatakan kepada yang lain, ‘Bukankah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang yang meninggal karena sakit perut tidak akan diadzab di dalam kubur.’ Yang satunya menjawab, ‘Engkau benar.’ [HR. an-Nasa’i dan Tirmidzi; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]
(Sumber: al-Qiyâmah
Shugra, hlm. 41-72, karya Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, dengan beberapa tambahan
dari rujukan yang lain)
MALAM PERTAMA DI ALAM KUBUR
Isakan
tangis dari anggota keluarga yang mengantar jenazah, serta suasana senyap di
antara pepohonan di area pekuburan membuat situasi bercampur haru dan mencekam.
Tepat selepas langkah terakhir pengantar jenazah meninggalkan makam, apakah
yang terjadi? Menurut sabda Nabi, alam kubur merupakan alam pertama dari
akhirat. Inilah tempat pertama dari manusia setelah meninggal dan menunggu hari
pembalasan tiba kelak. Dalam syariat Islam, jenazah harus segera dikuburkan
setidaknya sebelum azan Ashar berkumandang. Di beberapa tempat malah bisa
segera dimasukkan ke liang lahat asalkan sebelum tengah malam.
Selama
hidupnya, seseorang mungkin dibuai oleh popularitas dan kekayaan. Tapi ketika
ajal sudah menjemput, satu-satunya yang tersisa adalah amal perbuatannya.
Menurut Hadis Nabi, ada tiga hal yang menemani jenazah ke tempat peristirahatan
terakhir, yaitu keluarga, harta benda, dan amal perbuatan. Namun dua hal
pertama akan segera meninggalkannya di pemakaman. Selanjutnya adalah persiapan
menyambut sepasang malaikat yang akan hadir ke kubur dan menanyakan beberapa
hal. Itulah siksa pertama dalam alam kubur. Dan amal perbuatan selama hidup di
dunia akan menjadi pelindung bagi mayat tersebut. Lalu, apa sajakah yang
ditanyakan oleh kedua malaikat tersebut? Dan bagaimana sesosok mayat akan
menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan?
INTEROGASI MALAIKAT
Sepasang
malaikat itu adalah Munkar dan Nankir yang memang mengemban tugas sebagai
interogator di alam kubur. Tepat ketika mereka datang, roh akan kembali ke
jasad untuk menjawab daftar pertanyaan mereka. Kedua malaikat itu akan
mendudukkan sosok mayat dan mulai melontarkan pertanyaan. Pertanyaan pertama
adalah mengenai Tuhan. Jasad akan ditanyai, siapa Tuhan-nya. Kalau tak bisa
menjawab, jasad akan disiksa dengan perih. Pertanyaan kedua adalah tentang
agama. Apa agama dari sang jasad? Kalau masih tidak bisa menjawab, jasad akan
kembali didera siksaan. Pertanyaan ketiga adalah tentang nabi. Siapa nabi dari
sang jasad? Jika masih tak bisa menjawab, siksaan akan kembali diberikan.
Jika
ketiga pertanyaan tersebut tak terjawab, maka akan terasa hawa panas dari
neraka beserta racunnya. Lalu muncullah sesosok pria yang berbau busuk, berbaju
compang camping, dan wajahnya sangatlah buruk. Siapakah dia? Tak lain adalah
amal perbuatan buruk dari sang jasad itu sendiri. Amal buruknya telah berubah
menjadi sosok buruk rupa berbau busuk yang sebenarnya adalah perwujudan dari
sang jasad itu sendiri. Dan neraka telah menunggu kehadiran sang jasad. Selama
menunggu hari pembalasan itulah, sang jasad akan berkali-kali menderita siksa
kubur yang teramat pedih dan tak pernah terbayangkan sebelumnya. Berbeda kalau
semasa hidup sang jasa berbuat amal baik dan bisa menjawab tiga pertanyaan
tersebut. Kepadanya dijanjikan surga dan tempat yang nyaman selama di alam
kubur.
PERIODESISASI MALAM DI ALAM KUBUR
Ada
rentang waktu tertentu dari sosok jenazah yang telah menetap di alam kubur.
Hitungannya mulai dari malam pertama hingga dua puluh lima tahun setelahnya.
Sangat panjang bukan? Bahkan semalam di alam kubur pastilah terasa sangat
lamanya.
- Malam Pertama
Jasad sebenarnya mulai membusuk. Dan bagian tubuh yang pertama kali membusuk adalah perut dan kemaluan. Itulah alasan semasa hidup setiap manusia seharusnya menjaga dua bagian tubuh tersebut. Jasad juga mulai berubah warnanya menjadi agak hijau dan cenderung gelap. - Malam Kedua
Malam berikutnya, organ dalam tubuh mulai membusuk seperti lambung, paru-paru, hati dan limpa. - Malam Ketiga
Malam ketiga ialah malam ketika jasad mulai mengeluarkan bau busuk. - Setelah Tujuh Hari
Wajah jasad akan mulai membengkak dan terlihat jelas di bagian pipi serta kedua mata. - Sepuluh Hari PertamaTubuh akan semakin membusuk.
- Setelah Dua Minggu
Perlahan-lahan, rambut jasad mulai rontok dan terurai bersama tanah. - Lima Belas Hari
Jasad akan mulai dikerubuti hewan-hewan tanah seperti ulat. - Enam Bulan
Daging telah menyatu dengan tanah dan hanya menyisakan sedikit. Cuma tersisa tulang dan rangka dari jasad tersebut. - Dua Puluh Lima TahunKerangka akan meninggalkan satu biji dengan tulang yang sangat kecil. Dari tulang itulah kelak manusia akan dibangkitkan di hari pembalasan.
No comments:
Post a Comment