- Nama:
Dwi Wahyu Wiriantika (3101 1302 2308)
Nove Ariani (3101 1302 2244) - Judul:
Gangguan Psikologis Akibat Selfie
Media sosial dan mobile web telah menimbulkan
fenomena yang disebut selfie. Saat ini, selfie masih menjadi trend, di
kalangan orang biasa hingga selebritis, dan dari segala usia.
Arti dari kata Selfie itu sendiri adalah Self Portrait yang artinya mengambil foto diri sendiri menggunakan kamera tanpa bantuan orang lain.
Arti dari kata Selfie itu sendiri adalah Self Portrait yang artinya mengambil foto diri sendiri menggunakan kamera tanpa bantuan orang lain.
Psikolog Kasandra Putranto melihat fenomena selfie ini
terjadi tak lain karena semakin canggihnya teknologi. Jika dulu foto diri
sendiri tidak memungkinkan karena tidak adanya teknologi yang mendukung,
sekarang ada banyak gadget penunjang untuk selfie.
Pandangan lain mengenai penyebab orang menyukai selfie
datang dari profesor di Massachusetts Institute of Technology, Sherry Turkle.
Dalam tulisannya di New York Times, Sherry mengatakan selfie, seperti foto pada
umumnya, merupakan cara seseorang untuk merekam sebuah momen yang kemudian
diperlihatkan ke orang lain.
Berdasarkan
pengalamannya selama 15 tahun mempelajari hubungan antara manusia dan mobile
techology, dia melihat sekarang ini bagi banyak orang sharing atau berbagi
apapun dalam kehidupanlah yang penting dilakukan. "Orang-orang tidak lagi
merasa menjadi dirinya sendiri kecuali mereka berbagi sebuah pemikiran atau
perasaan, meskipun sebenarnya pemikiran atau perasaan itu juga belum jelas
untuk mereka," tulis Sherry.
Profesor
yang juga penulis buku Alone Together: Why We Expect More From Technology and
Less From Each Other itu menulis lagi, jika dulu seorang filsuf Prancis ternama
Descartes mengatakan 'I think, threfore I am', orang zaman sekarang karena
begitu hobinya berbagi apapun di situs jejaring sosial dan internet, mengubah
ungkapan tersebut menjadi 'I share, therefore I am.'
Fenomena memperlihatkan atau membagikan apapun mengenai diri ke internet inilah yang semakin membuat selfie menjadi populer. Menurut Sherry, selfie membuat orang-orang jadi mengesampingkan apapun yang tengah terjadi di sekitar kita karena yang terpenting adalah bagaimana agar momen tidak hilang dan didokumentasikan
Fenomena memperlihatkan atau membagikan apapun mengenai diri ke internet inilah yang semakin membuat selfie menjadi populer. Menurut Sherry, selfie membuat orang-orang jadi mengesampingkan apapun yang tengah terjadi di sekitar kita karena yang terpenting adalah bagaimana agar momen tidak hilang dan didokumentasikan
Beberapa gangguan
yang mungkin dapat disebabkan karena seseorang terlalu sering melakukan
selfie.
- NarsisOrang yang menderita kecenderungan narsisme memiliki masalah yang lebih besar akibat selfie. Keinginan mereka untuk memamerkan semua foto dan kegiatan yang dilakukan untuk konsumsi publik khususnya pada media sosial memberikan rasa puas instan yang ternyata menjadi kasus klasik terhadap kepribadian narsisistik. Jika perilaku ini tidak ditangani dengan baik, maka rasa narsisme tersebut akan terus bertumbuh.Seperti halnya yang dialami seorang pemuda bernama Kurt Coleman dari Australia. Hampir setiap hari ia lewatkan dengan berfoto selfie, yang kemudian ia unggah ke berbagai akun jejaring sosial miliknya, seperti Instagram dan Facebook.Tak lupa dalam setiap fotonya, Kurt selalu memuji dirinya sendiri. "I'm in love with this photo of me, SimplyAmazing," tulisnya pada salah satu foto di Instagram saat berpose mengenakan jaket jeans atau "Aku tampan dan aku mencintai diriku sendiri," tulisnya dalam kesempatan lain.
- Adiksi
atau kecanduanBisa dibilang kasus yang dialami remaja asal Inggris bernama Danny Bowman terbilang langka. Pasalnya ia sangat terobsesi pada foto selfie yang sempurna. Hingga bila hasil jepretannya tak memuaskan, Danny akan frustrasi, tak mau keluar rumah dan menolak makan. Bahkan suatu ketika remaja berusia 19 tahun itu pernah mencoba bunuh diri dengan overdosis obat.Anda boleh saja melakukan selfie, tetapi perlu untuk diingat saat melakukannya sebaiknya disertai dengan batasan-batasan. Mengambil foto 1 atau 2 kali sudah lebih dari cukup. Anda juga tidak harus mengambilnya secara berulang-ulang yang hanya akan menyebabkan rasa tidak puas yang terus menerus. Ingat, terlalu banyak selfie akan menghilangkan cahaya wajahmu!
- HistrionikMungkin belum banyak yang pernah mendengar istilah histrionik ini. Ini sebenarnya merupakan gangguan kepribadian di mana penderitanya ingin menjadi pusat perhatian. Sebagian besar penggila selfie sering diidentikkan dengan kondisi ini, tentu saja di samping narsis.Seperti halnya yang terjadi pada wanita bernama Triana Lavey dari Los Angeles. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya terlihat cantik saat selfie. Ia pun mengaku menghabiskan uang hingga sebanyak Rp 174 juta hanya untuk operasi plastik, di antaranya implan dagu dan operasi hidung. "Kini aku memiliki wajah yang selalu aku idamkan. Aku seperti diriku dengan versi photoshop," ujar wanita berambut brunette itu dengan bangga.
- Body
Dismorphic Disorder (BDD)Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Strathclyde, Ohio University dan University of Iowa ditemukan bahwa semakin banyak wanita melakukan selfie dan mengunggahnya di media sosial, maka semakin mereka merasa insecure atau tidak nyaman dengan citra tubuhnya sendiri.Apalagi bila kegiatan ini disambi dengan mengamati selfie teman-temannya. Karena ini akan memicu si wanita untuk membanding-bandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain, dan hal ini semakin memicu mereka untuk berpikir negatif tentang penampilannya. "Mereka yang masih berusia muda biasanya membandingkan diri mereka dengan foto-foto orang lain di media sosial. Yang berbahaya, mereka pada akhirnya merasa bersalah jika tubuh mereka tak seperti yang mereka lihat dari orang lain di media sosial," kata peneliti Petya Eckler.
- EksibisionisEksibisionis atau kecenderungan untuk memamerkan bagian tubuh tertentu kepada orang lain bisa juga dipicu oleh kebiasaan selfie. Seperti yang terjadi pada seorang staf wanita di parlemen Swiss yang kedapatan berpose bugil di gedung parlemen lantas mengunggahnya ke Twitter.Anehnya, ia merasa selfie bugil adalah bagian dari kehidupan pribadinya dan mengaku sering melakukannya di jam kerja. Akan tetapi dr Tun Kurniasih Batsaman SpKJ(K) dari Sanatorium Dharmawangsa mengingatkan seseorang baru bisa dikatakan mengidap eksibisionis bila ia bisa memamerkan organ intimnya ke orang lain untuk memuaskan hasrat seksualnya.
No comments:
Post a Comment